Eksotika Borneo Raya
Kami Kumpulan Pecinta Damai Bukan Para Anarkis. Meski Nama Cukup Nyeleneh Tapi Punya Arti Yang Panjang Dalam Kurun 2 Dekade
Senin, 04 Juni 2012
Apa Salah Kami?
Aneh Dan Bingung, Ya itulah kata yang setiap kali terlintas dalam pikirku. Bingung akan keadaan di negeri ini terlebih pada daerahku. Kami daerah yang begitu kaya, bahkan terlampau kaya dan paling kaya seantero INDONESIA. Tapi, mengapa KALIMANTAN-ku begitu tertinggal dari daerah lain, terutama pulau diseberang sana yaitu JAWA. Kami adalah lumbung energi, disini terdapat Berjuta Liter Minyak. tapi mengapa kami krisis dal kesulitan mendapat BBM, setiap hari kami harus anter berjam-jam untuk mendapat seliter BBM, kondisi yang berbeda malah terjadi diseberang sana, disana tidak ada kelangkaan bahkan cenderung kelebihan kuota, nah kami harus meringis dan puasa. Disini terdapat Berjuta TON BATUBARA, tapi tiap hari kami krisis energi listrik padahal kami adalah sumber energi, sedang diseberang sana apa yang terjadi? Pendidikan disini pun masih terbelakan bahkan tertinggal dari pulau diseberang sana. Apa salah kami hingga kami dianak tirikan, apakah karena pemimpinnya yang mayoritas penduduk seberang maka pula seberang sana juga diutamakan. Kami juga bagian dari INDONSEIA, Dan kami juga ikut berjuang meraih kemerdekaan, jadi apa salah kami hingga kami selalu dipandang sebelah mata. Dan Jangan Salahkan Kami jika suatu Saat Nanti Kalimantan Tak Lagi Berbendera MERAH PUTIH, lebih baik kami merdeka daripada ditindas, diinjak, dan ditelanjangi oleh orang yang bukan kalimantan.
Minggu, 13 Mei 2012
Meratusku Sayang Meratusku Malang
Meratus, Ya itulah deret pegunungan yang membentang Dari Kalimantan Selatan Hingga Timur serta Sebagian Kalimantan Tengah. Sumber Dari segala kehidupan masyarakat serta penahan bencana dikawasan itu. Tak terhingga berapa banyak harta alami yang tersimpan didalamnya, emas, intan, gas, batubara, batuan marmer hingga pesona keindahan alamnya yang merupakan bingkisan tuhan yang harusnya dijaga dan dilestarikan oleh kita. Tapi lihat apa yang sekarang terjadi, tak terhingga pula kerusakan yang tercipta akibat keserakahan penguasa hingga menimbulkan bencana bagi kami. Dulu ketika pagi buta tersa begitu menyejukkan tapi sekarang coba rasakan apa yang terjadi, hanya panas dan gerah. Kami hanya ingin hidup tentram, bukan kehancuran yang didapat. Lihat pula apa yang akan terjadi pada para penerus kami, mungkin mereka hanya akan mendapat bencana. Dan lihat pula apa yang terjadi pada daerah kami, kami salah satu penghasil terbesar pendapatan negara ini tapi lihat pembangunan yang ada, tidak ada. Kami Lumbung energi tapi mengapa kami krisis energi, mulai dari Listrik Hingga Bahan Bakar, apakah ini yang namanya keadilan. Jujur Kami cinta Indonesia tapi kami benci kepada para pemimpin negeri ini yang hanya bisa berjanji tanpa ada realisasi. Jangan Sampai Kami Berontak dan meneriakkan MERDEKA untuk BORNEO,
Selasa, 13 Maret 2012
Ironis, Indonesia Bangsa Yang Religius Namun Terkutuk
Meskipun
Republik Indonesia bukan negara agama, tetapi Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang sangat agamis (religius). Apa buktinya bahwa bangsa
Indonesia layak berpredikat religius? Banyak! Antara lain:
- Di Indonesia, semua orang pasti menganut agama tertentu, itu bisa di-check pada ID cardnya (KTP).
- Di Indonesia, agama selalu jadi bahan pertimbangan untuk menentukan karir dan promosi seseorang. Itu bisa dilihat dari kebiasaan birokrasi di Indonesia mewajibkan orang untuk mencantumkan agama yang dianutnya di dalam CV ketika orang tersebut mau meneruskan sekolah, melamar kerja, atau untuk promosi jabatan.
- Di Indonesia, semua calon pejabat pemerintah harus bersumpah sesuai ajaran agamanya bahwa yang bersangkutan akan menjalankan tugas dengan amanah dan menjauhi perbuatan tercela.
- Di Indonesia, setiap kegiatan seremonial (mulai dari tingkat RT, kelurahan, sekolah dan kampus, hingga kenegaraan) biasa dibuka dan/atau ditutup dengan doa.
- Indonesia adalah negara yang paling banyak menetapkan hari cuti bersama, semuanya itu demi menjamin hak-hak religius rakyatnya agar dapat beribadah dengan tenang.
- Di Indonesia, semua kemaksiatan dilarang. Candu dan madat, judi dan minuman keras, pornografi, porno aksi, sampai ke model rambut punk pun di haramkan.
- Indonesia adalah pemilik hak paten istilah “wisata religi”. Itu semua berkat tingginya animo umat beragama di republik ini untuk bertamasya secara agamis.
- Di Indonesia pula, semua stasiun televisi baik lokal maupun nasional memiliki program siaran beraroma keagamaan dengan variasi/kreasi yang sangat beragam; ada yang dikemas dalam bentuk lagu-lagu religi, sinetron religi, lomba ceramah religi, ada pula yang ditampilkan dalam bentuk “show” dengan tokoh pendakwah yang pandai menampilkan gerakan silat lengkap dengan gendang dan gamelannya.
Pendek kata, fenomena dan fakta yang dapat dijadikan bukti bahwa bangsa Indonesia itu sangat religius, luar
biasa banyaknya sehingga terlalu panjang untuk dimuat di postingan ini.
Dengan predikat religiusitas seperti itu, mestinya bangsa Indonesia
dapat menjadi model ideal masyarakat beradab dalam kondisi gemah ripah, tentram dan damai.
Akan tetapi, anehnya…
Di bumi religius yang
masyarakatnya berfilosofi makan tidak makan asal kumpul ini, sifat
welas asih terhadap sesama telah terkikis. Yang menonjol justru fenomena
anti religius, dimana:
- korupsi sudah dianggap sebagai seni untuk mencapai kebanggaan diri;
- kerusuhan sudah menjadi kurikulum wajib dalam demokrasi;
- dan, pembunuhan sudah menjadi ritual untuk menegakkan hegemoni
Semestinya,
bangsa religius adalah bangsa yang dirahmati Tuhan. Ironisnya, di
negeri ini pula bencana alam silih berganti menerpa: gempa, tsunami,
gunung berapi, banjir, dan badai.
Maka timbul pertanyaan dalam benak ku…
- Mengapa nasib negeri ku yang berjuluk (klaim) Zamrud Khatulistiwa ini seperti ini?
- Mengapa doa dan beragam ritual keagamaan anak bangsa ku sepertinya diabaikan Tuhan?
- Atau….jangan-jangan bangsa ku ini di mata Tuhan adalah bangsa yang terkutuk?
Rabu, 07 Maret 2012
Apam (Maskot Barabai)
Barabai merupakan ibukota dari kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang
merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan. Ada banyak makanan
khas dikota ini, salah satunya yang biasa dijadikan oleh2 adalah apam
barabai.
Apam barabai adalah kue basah yang dibuat dari tepung beras, santan, gula merah/putih, dan tape singkong. Makanan ini bentuknya bulat dan tipis, berwarna merah kecoklatan atau putih. Teksturnya sangat lembut, sehingga enak dilidah.
Yang berwarna merah kecoklatan, gula yang digunakan adalah gula merah, sehingga rasanya sangat khas, gurih dan manis, aromanya pun memiliki aroma yang kuat dari gula aren. Yang warna putih pun tak kalah enak, rasanya juga manis, orang yang kurang suka aroma dan rasa gula merah bisa memilih apam yang putih ini.
Apam ini banyak dijual dipasar barabai, terutama dimuka terminal barabai, biasanya apam ini dibungkus dengan daun pisang. Satu bungsus isinya biasanya 8-10 lapis apam, harganya hanya Rp. 5000,-/bungkus. Untuk oleh-oleh, makanan ini bisa tahan sampai 3 hari, tergantung suhu penyimpanan.
Jika anda jalan2 kekota barabai atau melewati kota barabai, jangan lupa mampir untuk membeli oleh2 ataupun mencoba makanan khas ini.
Apam barabai adalah kue basah yang dibuat dari tepung beras, santan, gula merah/putih, dan tape singkong. Makanan ini bentuknya bulat dan tipis, berwarna merah kecoklatan atau putih. Teksturnya sangat lembut, sehingga enak dilidah.
Yang berwarna merah kecoklatan, gula yang digunakan adalah gula merah, sehingga rasanya sangat khas, gurih dan manis, aromanya pun memiliki aroma yang kuat dari gula aren. Yang warna putih pun tak kalah enak, rasanya juga manis, orang yang kurang suka aroma dan rasa gula merah bisa memilih apam yang putih ini.
Apam ini banyak dijual dipasar barabai, terutama dimuka terminal barabai, biasanya apam ini dibungkus dengan daun pisang. Satu bungsus isinya biasanya 8-10 lapis apam, harganya hanya Rp. 5000,-/bungkus. Untuk oleh-oleh, makanan ini bisa tahan sampai 3 hari, tergantung suhu penyimpanan.
Jika anda jalan2 kekota barabai atau melewati kota barabai, jangan lupa mampir untuk membeli oleh2 ataupun mencoba makanan khas ini.
Makanan Khas Barabai
Berbicara tentang makanan khas daerah,
ternyata di Kalimatan Selatan, khususnya Barabai banyak ditemukan
jenis-jenis makanan khas. Di daerah ini dikenal iwak pakasam, pais
waluh, sarawa/kolak pisang, cengkaruk, rimpi, apam/surabi, dll.
Iwak pakasam/iwak wadi merupakan jenis ikan betuk/pepuyu, ikan sepat atau ikan gabus yang sudah diawetkan dengan campuran garam dan samu (beras yang disangrai), sehingga rasanya asin keasam-asaman. Bagi merke yang selera makannya sangat kurang, akan segera terangsang seleranya jika disajikan jenis makanan ini. Apalagi jika disertai dengan jenis sayuran pucuk gumbili (daun muda ketela pohon) yang lebih dikenal dengan sebutan urap.
Pais waluh merupakan kue yang terbuat dari buah labu dicampur dengan tepung dan sedikit gula dikemas dke dalam daun pisang, kemudian dikukus atau bisa juga direbus.
Berbeda dengan pais waluh, sarawa/kolak pisang merupakan kue yang dibuat untuk konsumsi dikalangan sendiri/keluarga yang bersangkutan. Artinya jarang yang membuatnya untuk diperjual belikan. Terbuat dari pisang setengah masak diiris kecil-kecil, direbus bersama gula merah dan santan kelapa. Kue ini sangat jarang diperdagangkan, kecuali pada saat bulan puasa, banyak ditemukan dipasar-pasar Ramadhan di Kalimantan Selatan.
Hampir sama dengan sarawa/kolak pisang, cengkaruk yang terbuat dari bahan beras ketan yang digoreng kemudian dihaluskan bersama-sama dengan gula merah. Kue ini hanya dibuat oleh warga Banjar menjelang lebaran sehingga agak sulit didapakan dipasaran pada hari-hari biasa. Dibanding dengan kue yang lain, cengkaruk merupakan kue khas yang paling tradisional, dan hampir dilupakan.
Ada satu jenis lagi penganan khas dan unik untuk membangkitkan selera makan. Orang-orang diluar masyarakat Banjar mungkin tak mengira kalau penganan tersebut adalah berasal dari kulit cempedak. Proses pembuatannya, kulit cempedak masak yang sudak diambil isinya, dibuang duri-duri luarnya, kemudian direndam dalam air yang sudah diberi garam selama lebih kurang 3 hari. Setelah itu silakan digoreng atau diapakan saja, pasti selera makan anda akan bergairah.
Iwak pakasam/iwak wadi merupakan jenis ikan betuk/pepuyu, ikan sepat atau ikan gabus yang sudah diawetkan dengan campuran garam dan samu (beras yang disangrai), sehingga rasanya asin keasam-asaman. Bagi merke yang selera makannya sangat kurang, akan segera terangsang seleranya jika disajikan jenis makanan ini. Apalagi jika disertai dengan jenis sayuran pucuk gumbili (daun muda ketela pohon) yang lebih dikenal dengan sebutan urap.
Pais waluh merupakan kue yang terbuat dari buah labu dicampur dengan tepung dan sedikit gula dikemas dke dalam daun pisang, kemudian dikukus atau bisa juga direbus.
Berbeda dengan pais waluh, sarawa/kolak pisang merupakan kue yang dibuat untuk konsumsi dikalangan sendiri/keluarga yang bersangkutan. Artinya jarang yang membuatnya untuk diperjual belikan. Terbuat dari pisang setengah masak diiris kecil-kecil, direbus bersama gula merah dan santan kelapa. Kue ini sangat jarang diperdagangkan, kecuali pada saat bulan puasa, banyak ditemukan dipasar-pasar Ramadhan di Kalimantan Selatan.
Hampir sama dengan sarawa/kolak pisang, cengkaruk yang terbuat dari bahan beras ketan yang digoreng kemudian dihaluskan bersama-sama dengan gula merah. Kue ini hanya dibuat oleh warga Banjar menjelang lebaran sehingga agak sulit didapakan dipasaran pada hari-hari biasa. Dibanding dengan kue yang lain, cengkaruk merupakan kue khas yang paling tradisional, dan hampir dilupakan.
Ada satu jenis lagi penganan khas dan unik untuk membangkitkan selera makan. Orang-orang diluar masyarakat Banjar mungkin tak mengira kalau penganan tersebut adalah berasal dari kulit cempedak. Proses pembuatannya, kulit cempedak masak yang sudak diambil isinya, dibuang duri-duri luarnya, kemudian direndam dalam air yang sudah diberi garam selama lebih kurang 3 hari. Setelah itu silakan digoreng atau diapakan saja, pasti selera makan anda akan bergairah.
2. Pais Waluh
3. Manai Tiwadak (Cempedak)
Beragam Budaya Warga Murakata
1. Handil Maulud
Tradisi handil maulud kita jumpai hanya
di tanah Banjar dan sekitarnya. Bagi yang sudah melalang buana ke Jawa,
Sulawesi atau Malaysia, tradisi handil jarang ditemui. Di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Tradisi handil, terutama handil maulud umumnya
dilaksanakan malam Jum'at, setelah shalat Isya, dengan mengambil tempat
bergiliran di rumah-rumah anggota handil. Satu Handil biasanya
melingkupi satu kawasan langgar/mesjid atau satu kawasan terdiri dari
1-2 RT.
Pertemuan handil biasanya diiisi dengan
kegiatan ceramah, pembacaan surah Yasin, atau tahlilan. Kegiatan lainnya
adalah menabung, yang tabungannya dibagikan menjelang bulan Maulud
tiba, sebagai bekal untuk menyelenggarakan peringatan maulud di
masing-masing rumah. Di Bulan Maulud (Rabiul Awal), Handil Maulud inilah
yang menyelenggarakan dan mengorganisasikan kegiatan Maulud. Mereka
saling mengundang pada saat tiba jadwal. Tak jarang mereka kesulitan
mencari kelompok yang bisa diundang, karena "saling tatumpang" jadwal
maulud.
2. Aruh Adat
Setiap usai panen raya, masyarakat adat
atau yang lebih dikenal warga dayak Pegunungan Meratus di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah (HST), Provinsi Kalsel, mengadakan aruh adat (ritual
syukuran hasil panen). Aruh adat yang biasa dilaksanakan di balai adat
ini, setiap warga ramai bergotong royong mempersiapkannya. Acaranya juga
berlangsung lama. Jika aruh ganal usai panen raya, waktuya bisa sampai
12 hari. Banyak rangkaian ritual hingga hiburan yang digelar selama
pesta ada tersebut usai.
Ritual yang digelar, yakni mulai
bawanang (syukuran hasil padi), balian (ritual ucapan rasa syukur
diselingi musik gendang), hingga acara batandik (tarian khas dayak).
Diungkapakan slah satu tokoh warga dayak setempat, Untan, acara seperti
ini memang dilaksanakan setiap usai panen raya. Ritual ini merupakan
bentuk ibadat kaharingan yang mereka anut. Semua rangkaian ritual ini
dipimpin oleh para tokoh adat atau para sesepuh yang didaulat sebagai
kepala adat. Mereka inilah yang memimpin setiap ritual. Dan puncaknya
akan dilakukan penyembelihan hewan ternak, mualai ayam, kambing, dan
babi yang akan disantap bersama-sana. Selain itu, juga disiapkan aneka
kue dan makanan lamang (ketan yang dimasak dalam batang bambu).
Aruh adat ini selain ungkapan rasa
syukur kepada sag pencipta, juga menjadi sarana silaturahmi sesama
penganut kaharingan yang tersebar di beberapa balai adat. Setiap balai
yang mengadakan aruh, pasti mengundang balai lain yang tersebar di
beberapa wilayah di Kalsel.
3. Tantayungan
Nama seni tradisional tantayungan masih
asing terdengar. Hasil inventarisir kesenian khas yang dimiliki
Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), seni yang satu ini ternyata memang
sudah benar-benar tergerus dalam peradaban zaman. Bahkan hampir tak
pernah ditampilkan lagi.
Tempo dulu, pertunjukan tantayungan
kerap ditampilkan dalam setiap acara. Seperti resepsi perkawinan,
penyambutan tamu, maupun panggung hiburan rakyat. Bentuk seni tradisonal
ini berupa tarian yang dilangkapi dengan senjata khas tombak
Kalimantan. Tarian ini mempresentasikan kisah dalam tokoh pewayangan.
Sehingga tarian ini terkesan hidup lantaran diselingi dengan dialog
kelompok penari. Tarian ini sendiri diiringi dengan musik karawitan
melalui instrument babun, gong, sarunai, dan kurung-kurung. Paduan
karawitan ini sangat harmoni dengan kelompok tari yang diperankan.
Seni Tantayungan, awalnya kerap
ditampilkan di sebuah desa, yakni Desa Ayuang Kecamatan Barabai. Lalu
dikembangkan di Desa Mu’ui Kecamatan Haruyan oleh salah satu damang
bernama Amat.
4. Bahadring
Salah satu proses pelaksanaan acara
pesta perkawinan dalam budaya masyarakat Hulu Sungai Tengah khususnya
Barabai adalah bahadring. Yaitu, rapat masyarakat sekitar rumah mempelai
dalam rangka pelaksanaan acara pesta perkawinan.
Rapat ini dilaksanakan di rumah keluarga
mempelai dengan agenda rapat membahas persoalan kelancaran pesta
perkawinan. Biasanya pada akhir rapat ditutup dengan do’a dan
dilanjutkan dengan acara makan-makan yang disediakan oleh keluarga
mempelai pengantin. Biasanya dalam bahadring ditentukan atau dicatat
nama–nama yang bertugas sebagai penerima tamu, pencuci piring, tukang
suguhi makanan, tukang buat kobokan dan air minum, tukang masak nasi dan
lauk pauk hidangan pesta, tukang jaga parkir, tukang cari band untuk
hiburan, dan tukang ambil kembali piring-piring atau gelas kotor yang
telah dipergunakan para undangan pesta dan lain-lain.
Bagi yang tidak tercatat namanya karena
tidak hadir saat bahadring dapat bergabung pada salah satu tugas
tersebut saat pelaksanaan acara nanti. Kemudian juga di bahas tentang
hari pelaksanaan gotong royong pembuatan dan pemasangan umbul-umbul
pesta, pembuatan panggung hiburan, pembuatan tenda-tenda tempat makan
para undangan dan lain-lain.
Pada kesempatan itu masyarakat juga
mengadakan sumbangan uang sukarela untuk membantu penyelenggaraan pesta
biasanya dipergunakan untuk membuat hiburan dengan mengundang para
seniman lokal. Itulah beberapa hal yang harus ditentukan sebelum acara
gotong royong penyelenggaraan pesta perkawinan dilaksanakan. Setelah
pesta perkawinan selesai maka masyarakat kembali bergotong royong
merapikan atau mengembalikan peralatan pesta perkawinan. Diantaranya,
mencabut umbul-umbul pesta, melepas tenda-tenda tempat hidangan makan,
menyusun kursi dan meja untuk dikembalikan ke pemiliknya, meruntuh
kembali panggung tempat hiburan dan lain-lain. Malamnya setelah usai
pesta perkawuinan biasanya setelah sholat magrib, masyarakat kembali di
undang oleh keluarga mempelai untuk datang ke rumahnya dalam rangka
pengucapan terima kasih atas semua bantuan masyarakat yang telah
mensukseskan pesta perkawinan. Kemudian acara tersebut ditutup dengan
do’a dan dilanjutkan dengan acara makan-makan yang telah disediakan
keluarga mempelai pengantin.
Budaya bahadring sudah menjadi turun
temurun dilakukan masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ini merupakan
salah satu cerminan positif masyarakat yang suka bergotong royong dalam
melaksanakan hajat anggotanya. Dan, budaya bahadring ini perlu
dilestarikan hingga terus dari generasi ke generasi dalam rangka
mempererat hubungan silaturrahmi per individu dalam masyarakat setempat.
5. Batumbang Anak
Salah satu tradisi pada Hari Raya baik
Iedul Fitri dan Iedul Adha di desa pajukungan, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah (HST) adalah batumbang anak. Acara ini biasanya digelar di Mesjid
Al- Munawwarah Desa Pajukungan. Tradisi Batumbang merupakan tradisi
turun temurun ratusan tahun yang lalu di desa Pajukungan ini.
Dengan batumbang diharapan anak akan
cepat bisa berjalan nantinya, prosesinya pun cukup sederhana anak
digendong oleh petugas mesjid kemudian dijalankan untuk meniti anak
tangga mimbar khatib sambil diiringi dengan salawat kepada nabi. Setelah
itu warga yang sudah berkumpul di dalam mesjid bersiap-siap untuk
berebut uang receh yang sudah disediakan juga diiringi dengan salawat
uang receh pun dihamburkan. acara terakhir pembacaan doa selamat oleh
petugas mesjid kue yang disajikan adalah kue khas barabai yaitu kue
apam.
Tidak hanya penduduk lokal saja warga
dari luar kota juga mengikuti tradisi batumbang anak dengan harapan dan
doa agar anak nya bisa cepat berjalan disamping dan menjadi anak yang
shaleh serta berbakti kepada orang tuanya. Menurut cerita dari warga
setempat mimbar ini ada sejak mesjid ini didirikan seabad yang lalu
hingga sekarang mimbar ini masih terawat dan terlihat baik serta kokoh
ditambah lagi mimbar yang terbuat dari kayu ulin ini dihiasi ukiran
kaligrafi arab menambah ke khasan mimbar pada zaman bahari.
Adanya tradisi turun menurun ini juga
dapat memperkenalkan mesjid dan syiar islam kepada anak-anak agar
nantinya mereka akan menyukuri dan menikmati berkah ramadhan dan iedul
fitri di masa akan datang. Mesjid al munawarah merupakan salah satu
mesjid yang sering di datangi oleh warga luar kota bahkan pejabat negara
selain mesjid keramat yang ada di desa palajau kecamatan pandawan.
6. Bausung Ginggang
Dengan berbalut pakaian khas Banjar,
sepasang mempelai pengantin tampak anggun dan megah berjalan beiringan
keluar dari rumah. Tidak jauh dari sana rombongan penari yang berdiri di
depan pintu lalu datang menghampiri. Tidak berapa lama kedua mempelai
langsung dijemput sang penari. Masing-masing pengantin kemudian langsung
dinaikan ke atas pundak salah satu penari. Dengan cara di usung
(dipikul) kedua mempelai lalu diarak sambil diiringi tetabuhan gamelan
Banjar dan sejumlah penari yang sejak tadi siap menggiring mereka.
Keduanya lalu diusung berjalan menuju rumah sang mempelai pria.
Upacara penyambutan kedatangan sang
mempelai pun terasa unik dengan disambut dengan kuda gipang raden
perbaya lalu kedua mempelai juga dimberi pantun nasehat oleh seorang
dayang. Setelah puas diarak, kedua raja sehari itu kemudian disambut
keluarga mempelai pria. Kemudian kduanya lalu disandingkan di pelaminan.
Itulah sekilas pelaksanaan resepsi perkawinan salah satu warga di
Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Resepsi tersebut diberi nama
pengantin (penganten bausung/ bausung ginggung /baunggsung) yang jadi
tradisi khusus warga Pahuluan pada resepsi pernikahan. Di beberapa
kabupaten di Kalimantan Selatan tradisi mengusung pengantin sudah
menjadi bagian prosesi perkawinan yang masih bertahan hingga saat ini.
Tradisi turun temurun tersebut terus dikembangkan masyarakat Pahuluan
khususnya warga Hulu Sungai Tengah. Hampir disetiap acara pernikahan
Bausung Ginggung jadi agenda utama resepsi perkawinan. Tokoh masyarakat
Haruyan, Masdulhak mengatakan pelaksanaan baungsung ini sudah menjadi
tradisi yang dilaksanakan sejak lama dan tetap dilaksanakan sampai
kapanpun. "Tujuannya jelas agar para generasi muda lebih mengenal
kebudayaan daerah," kata Masdulhak. Dulhak mengaku tidak tahu, sejak
kapan upacara tersebut mulai dilaksanakan. Yang jelas, ini sudah menjadi
tradisi dan berlangsung turun-temurun. "Bausung ginggang ini ibaratnya
seperti tolak balak. Kalau tidak melakukan, biasanya pasangan pengantin
akan banyak godaan dan rintangan," sebut Dulhak.
Dalam Bausung Gingang ini diakhiri
dengan dipertemukan pasangan pengantin. Keduanya, diminta untuk
bersalaman dan berjalan beriringan sambil didoakan oleh tokoh kampung.
Semua itu, mirip dengan prosesi ijab dan kabul dalam sebuah pernikahan.
"Tapi tradisi ini bukan ijab dan kabul, ini hanya upacara tradisi saja,"
terang Dulhak. Ditambahkan saat pelaksanaan pengungsungan beberapa
orang yang menjadi penggiring mempelai biasanya ada yang kesurupan.
Diterangkan Dulhak mereka dimasuki oleh roh halus yang tentunya tidak
bisa dilihat oleh orang-orang awam dan itu terjadi hanya pada
orang-orang yang ada garis keturunan atau tutus sang pengantin.
Mandam
Atau bagi warga barabai disebut mandam. adalah bendungan yang sudah ada sejak 1934. berpotensi sebagai tempat wisata alternatif. tapi sayang tidak ada perhatian dari pemerintah HST.
Langganan:
Postingan (Atom)