Senin, 04 Juni 2012

Apa Salah Kami?

Aneh Dan Bingung, Ya itulah kata yang setiap kali terlintas dalam pikirku. Bingung akan keadaan di negeri ini terlebih pada daerahku. Kami daerah yang begitu kaya, bahkan terlampau kaya dan paling kaya seantero INDONESIA. Tapi, mengapa KALIMANTAN-ku begitu tertinggal dari daerah lain, terutama pulau diseberang sana yaitu JAWA. Kami adalah lumbung energi, disini terdapat Berjuta Liter Minyak. tapi mengapa kami krisis dal kesulitan mendapat BBM, setiap hari kami harus anter berjam-jam untuk mendapat seliter BBM, kondisi yang berbeda malah terjadi diseberang sana, disana tidak ada kelangkaan bahkan cenderung kelebihan kuota, nah kami harus meringis dan puasa. Disini terdapat Berjuta TON BATUBARA, tapi tiap hari kami krisis energi listrik padahal kami adalah sumber energi, sedang diseberang sana apa yang terjadi? Pendidikan disini pun masih terbelakan bahkan tertinggal dari pulau diseberang sana. Apa salah kami hingga kami dianak tirikan, apakah karena pemimpinnya yang mayoritas penduduk seberang maka pula seberang sana juga diutamakan. Kami juga bagian dari INDONSEIA, Dan kami juga ikut berjuang meraih kemerdekaan, jadi apa salah kami hingga kami selalu dipandang sebelah mata. Dan Jangan Salahkan Kami jika suatu Saat Nanti Kalimantan Tak Lagi Berbendera MERAH PUTIH, lebih baik kami merdeka daripada ditindas, diinjak, dan ditelanjangi oleh orang yang bukan kalimantan.

Minggu, 13 Mei 2012

Meratusku Sayang Meratusku Malang

Meratus, Ya itulah deret pegunungan yang membentang Dari Kalimantan Selatan Hingga Timur serta Sebagian Kalimantan Tengah. Sumber Dari segala kehidupan masyarakat serta penahan bencana dikawasan itu. Tak terhingga berapa banyak harta alami yang tersimpan didalamnya, emas, intan, gas, batubara, batuan marmer hingga pesona keindahan alamnya yang merupakan bingkisan tuhan yang harusnya dijaga dan dilestarikan oleh kita. Tapi lihat apa yang sekarang terjadi, tak terhingga pula kerusakan yang tercipta akibat keserakahan penguasa hingga menimbulkan bencana bagi kami. Dulu ketika pagi buta tersa begitu menyejukkan tapi sekarang coba rasakan apa yang terjadi, hanya panas dan gerah. Kami hanya ingin hidup tentram, bukan kehancuran yang didapat. Lihat pula apa yang akan terjadi pada para penerus kami, mungkin mereka hanya akan mendapat bencana. Dan lihat pula apa yang terjadi pada daerah kami, kami salah satu penghasil terbesar pendapatan negara ini tapi lihat pembangunan yang ada, tidak ada. Kami Lumbung energi tapi mengapa kami krisis energi, mulai dari Listrik Hingga Bahan Bakar, apakah ini yang namanya keadilan. Jujur Kami cinta Indonesia tapi kami benci kepada para pemimpin negeri ini yang hanya bisa berjanji tanpa ada realisasi. Jangan Sampai Kami Berontak dan meneriakkan MERDEKA untuk BORNEO,

Selasa, 13 Maret 2012

Ironis, Indonesia Bangsa Yang Religius Namun Terkutuk

Meskipun Republik Indonesia bukan negara agama, tetapi Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat agamis (religius). Apa buktinya bahwa bangsa Indonesia layak berpredikat religius? Banyak! Antara lain:
  • Di Indonesia, semua orang pasti menganut agama tertentu, itu bisa di-check pada ID cardnya (KTP).

  • Di Indonesia, agama selalu jadi bahan pertimbangan untuk menentukan karir dan promosi seseorang. Itu bisa dilihat dari kebiasaan birokrasi di Indonesia mewajibkan orang untuk mencantumkan agama yang dianutnya di dalam CV ketika orang tersebut mau meneruskan sekolah, melamar kerja, atau untuk promosi jabatan.

  • Di Indonesia, semua calon pejabat pemerintah harus bersumpah sesuai ajaran agamanya bahwa yang bersangkutan akan menjalankan tugas dengan amanah dan menjauhi perbuatan tercela.

  • Di Indonesia, setiap kegiatan seremonial (mulai dari tingkat RT, kelurahan, sekolah dan kampus, hingga kenegaraan) biasa dibuka dan/atau ditutup dengan doa.

  • Indonesia adalah negara yang paling banyak menetapkan hari cuti bersama, semuanya itu demi menjamin hak-hak religius rakyatnya agar dapat beribadah dengan tenang.

  • Di Indonesia, semua kemaksiatan dilarang. Candu dan madat, judi dan minuman keras, pornografi, porno aksi, sampai ke model rambut punk pun di haramkan.

  • Indonesia adalah pemilik hak paten istilah “wisata religi”. Itu semua berkat tingginya animo umat beragama di republik ini untuk bertamasya secara agamis.

  • Di Indonesia pula, semua stasiun televisi baik lokal maupun nasional memiliki program siaran beraroma keagamaan dengan variasi/kreasi yang sangat beragam; ada yang dikemas dalam bentuk lagu-lagu religi, sinetron religi, lomba ceramah religi, ada pula yang ditampilkan dalam bentuk “show” dengan tokoh pendakwah yang pandai menampilkan gerakan silat lengkap dengan gendang dan gamelannya.
Pendek kata, fenomena dan fakta yang dapat dijadikan bukti bahwa bangsa Indonesia itu sangat religius, luar biasa banyaknya sehingga terlalu panjang untuk dimuat di postingan ini. Dengan predikat religiusitas seperti itu, mestinya bangsa Indonesia dapat menjadi model ideal masyarakat beradab dalam kondisi gemah ripah, tentram dan damai.
Akan tetapi, anehnya…
Di bumi religius yang masyarakatnya berfilosofi makan tidak makan asal kumpul ini, sifat welas asih terhadap sesama telah terkikis. Yang menonjol justru fenomena anti religius, dimana:
  • korupsi sudah dianggap sebagai seni untuk mencapai kebanggaan diri;

  • kerusuhan sudah menjadi kurikulum wajib dalam demokrasi;

  • dan, pembunuhan sudah menjadi ritual untuk menegakkan hegemoni
Semestinya, bangsa religius adalah bangsa yang dirahmati Tuhan. Ironisnya, di negeri ini pula bencana alam silih berganti menerpa: gempa, tsunami, gunung berapi, banjir, dan badai.
Maka timbul pertanyaan dalam benak ku…
  • Mengapa nasib negeri ku yang berjuluk (klaim) Zamrud Khatulistiwa ini seperti ini?

  • Mengapa doa dan beragam ritual keagamaan anak bangsa ku sepertinya diabaikan Tuhan?

  • Atau….jangan-jangan bangsa ku ini di mata Tuhan adalah bangsa yang terkutuk?

Rabu, 07 Maret 2012

Apam (Maskot Barabai)

Barabai merupakan ibukota dari kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan. Ada banyak makanan khas dikota ini, salah satunya yang biasa dijadikan oleh2 adalah apam barabai.
Apam barabai adalah kue basah yang dibuat dari tepung beras, santan, gula merah/putih, dan tape singkong. Makanan ini bentuknya bulat dan tipis, berwarna merah kecoklatan atau putih. Teksturnya sangat lembut, sehingga enak dilidah.
Yang berwarna merah kecoklatan, gula yang digunakan adalah gula merah, sehingga rasanya sangat khas, gurih dan manis, aromanya pun memiliki aroma yang kuat dari gula aren. Yang warna putih pun tak kalah enak, rasanya juga manis, orang yang kurang suka aroma dan rasa gula merah bisa memilih apam yang putih ini.
Apam ini banyak dijual dipasar barabai, terutama dimuka terminal barabai, biasanya apam ini dibungkus dengan daun pisang. Satu bungsus isinya biasanya 8-10 lapis apam, harganya hanya Rp. 5000,-/bungkus. Untuk oleh-oleh, makanan ini bisa tahan sampai 3 hari, tergantung suhu penyimpanan.
Jika anda jalan2 kekota barabai atau melewati kota barabai, jangan lupa mampir untuk membeli oleh2 ataupun mencoba makanan khas ini.

Makanan Khas Barabai

Berbicara tentang makanan khas daerah, ternyata di Kalimatan Selatan, khususnya Barabai banyak ditemukan jenis-jenis makanan khas. Di daerah ini dikenal iwak pakasam, pais waluh, sarawa/kolak pisang, cengkaruk, rimpi, apam/surabi, dll.

Iwak pakasam/iwak wadi merupakan jenis ikan betuk/pepuyu, ikan sepat atau ikan gabus yang sudah diawetkan dengan campuran garam dan samu (beras yang disangrai), sehingga rasanya asin keasam-asaman. Bagi merke yang selera makannya sangat kurang, akan segera terangsang seleranya jika disajikan jenis makanan ini. Apalagi jika disertai dengan jenis sayuran pucuk gumbili (daun muda ketela pohon) yang lebih dikenal dengan sebutan urap.

Pais waluh merupakan kue yang terbuat dari buah labu dicampur dengan tepung dan sedikit gula dikemas dke dalam daun pisang, kemudian dikukus atau bisa juga direbus.

Berbeda dengan pais waluh, sarawa/kolak pisang merupakan kue yang dibuat untuk konsumsi dikalangan sendiri/keluarga yang bersangkutan. Artinya jarang yang membuatnya untuk diperjual belikan. Terbuat dari pisang setengah masak diiris kecil-kecil, direbus bersama gula merah dan santan kelapa. Kue ini sangat jarang diperdagangkan, kecuali pada saat bulan puasa, banyak ditemukan dipasar-pasar Ramadhan di Kalimantan Selatan.

Hampir sama dengan sarawa/kolak pisang, cengkaruk yang terbuat dari bahan beras ketan yang digoreng kemudian dihaluskan bersama-sama dengan gula merah. Kue ini hanya dibuat oleh warga Banjar menjelang lebaran sehingga agak sulit didapakan dipasaran pada hari-hari biasa. Dibanding dengan kue yang lain, cengkaruk merupakan kue khas yang paling tradisional, dan hampir dilupakan.

Ada satu jenis lagi penganan khas dan unik untuk membangkitkan selera makan. Orang-orang diluar masyarakat Banjar mungkin tak mengira kalau penganan tersebut adalah berasal dari kulit cempedak. Proses pembuatannya, kulit cempedak masak yang sudak diambil isinya, dibuang duri-duri luarnya, kemudian direndam dalam air yang sudah diberi garam selama lebih kurang 3 hari. Setelah itu silakan digoreng atau diapakan saja, pasti selera makan anda akan bergairah.





 2. Pais Waluh


3. Manai Tiwadak (Cempedak)


Beragam Budaya Warga Murakata

1. Handil Maulud
Tradisi handil maulud kita jumpai hanya di tanah Banjar dan sekitarnya. Bagi yang sudah melalang buana ke Jawa, Sulawesi atau Malaysia, tradisi handil jarang ditemui. Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tradisi handil, terutama handil maulud umumnya dilaksanakan malam Jum'at, setelah shalat Isya, dengan mengambil tempat bergiliran di rumah-rumah anggota handil. Satu Handil biasanya melingkupi satu kawasan langgar/mesjid atau satu kawasan terdiri dari 1-2 RT.
Pertemuan handil biasanya diiisi dengan kegiatan ceramah, pembacaan surah Yasin, atau tahlilan. Kegiatan lainnya adalah menabung, yang tabungannya dibagikan menjelang bulan Maulud tiba, sebagai bekal untuk menyelenggarakan peringatan maulud di masing-masing rumah. Di Bulan Maulud (Rabiul Awal), Handil Maulud inilah yang menyelenggarakan dan mengorganisasikan kegiatan Maulud. Mereka saling mengundang pada saat tiba jadwal. Tak jarang mereka kesulitan mencari kelompok yang bisa diundang, karena "saling tatumpang" jadwal maulud.

2. Aruh Adat
Setiap usai panen raya, masyarakat adat atau yang lebih dikenal warga dayak Pegunungan Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Provinsi Kalsel, mengadakan aruh adat (ritual syukuran hasil panen). Aruh adat yang biasa dilaksanakan di balai adat ini, setiap warga ramai bergotong royong mempersiapkannya. Acaranya juga berlangsung lama. Jika aruh ganal usai panen raya, waktuya bisa sampai 12 hari. Banyak rangkaian ritual hingga hiburan yang digelar selama pesta ada tersebut usai. 
Ritual yang digelar, yakni mulai bawanang (syukuran hasil padi), balian (ritual ucapan rasa syukur diselingi musik gendang), hingga acara batandik (tarian khas dayak). Diungkapakan slah satu tokoh warga dayak setempat, Untan, acara seperti ini memang dilaksanakan setiap usai panen raya. Ritual ini merupakan bentuk ibadat kaharingan yang mereka anut. Semua rangkaian ritual ini dipimpin oleh para tokoh adat atau para sesepuh yang didaulat sebagai kepala adat. Mereka inilah yang memimpin setiap ritual. Dan puncaknya akan dilakukan penyembelihan hewan ternak, mualai ayam, kambing, dan babi yang akan disantap bersama-sana. Selain itu, juga disiapkan aneka kue dan makanan lamang (ketan yang dimasak dalam batang bambu).
Aruh adat ini selain ungkapan rasa syukur kepada sag pencipta, juga menjadi sarana silaturahmi sesama penganut kaharingan yang tersebar di beberapa balai adat. Setiap balai yang mengadakan aruh, pasti mengundang balai lain yang tersebar di beberapa wilayah di Kalsel.

3. Tantayungan
Nama seni tradisional tantayungan masih asing terdengar. Hasil inventarisir kesenian khas yang dimiliki Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), seni yang satu ini ternyata memang sudah benar-benar tergerus dalam peradaban zaman. Bahkan hampir tak pernah ditampilkan lagi.
Tempo dulu, pertunjukan tantayungan kerap ditampilkan dalam setiap acara. Seperti resepsi perkawinan, penyambutan tamu, maupun panggung hiburan rakyat. Bentuk seni tradisonal ini berupa tarian yang dilangkapi dengan senjata khas tombak Kalimantan. Tarian ini mempresentasikan kisah dalam tokoh pewayangan. Sehingga tarian ini terkesan hidup lantaran diselingi dengan dialog kelompok penari. Tarian ini sendiri diiringi dengan musik karawitan melalui instrument babun, gong, sarunai, dan kurung-kurung. Paduan karawitan ini sangat harmoni dengan kelompok tari yang diperankan.
Seni Tantayungan, awalnya kerap ditampilkan di sebuah desa, yakni Desa Ayuang Kecamatan Barabai. Lalu dikembangkan di Desa Mu’ui Kecamatan Haruyan oleh salah satu damang bernama Amat. 

4. Bahadring
Salah satu proses pelaksanaan acara pesta perkawinan dalam budaya masyarakat Hulu Sungai Tengah khususnya Barabai adalah bahadring. Yaitu, rapat masyarakat sekitar rumah mempelai dalam rangka pelaksanaan acara pesta perkawinan.
Rapat ini dilaksanakan di rumah keluarga mempelai dengan agenda rapat membahas persoalan kelancaran pesta perkawinan. Biasanya pada akhir rapat ditutup dengan do’a dan dilanjutkan dengan acara makan-makan yang disediakan oleh keluarga mempelai pengantin. Biasanya dalam bahadring ditentukan atau dicatat nama–nama yang bertugas sebagai penerima tamu, pencuci piring, tukang suguhi makanan, tukang buat kobokan dan air minum, tukang masak nasi dan lauk pauk hidangan pesta, tukang jaga parkir, tukang cari band untuk hiburan, dan tukang ambil kembali piring-piring atau gelas kotor yang telah dipergunakan para undangan pesta dan lain-lain.
Bagi yang tidak tercatat namanya karena tidak hadir saat bahadring dapat bergabung pada salah satu tugas tersebut saat pelaksanaan acara nanti. Kemudian juga di bahas tentang hari pelaksanaan gotong royong pembuatan dan pemasangan umbul-umbul pesta, pembuatan panggung hiburan, pembuatan tenda-tenda tempat makan para undangan dan lain-lain.
Pada kesempatan itu masyarakat juga mengadakan sumbangan uang sukarela untuk membantu penyelenggaraan pesta biasanya dipergunakan untuk membuat hiburan dengan mengundang para seniman lokal. Itulah beberapa hal yang harus ditentukan sebelum acara gotong royong penyelenggaraan pesta perkawinan dilaksanakan. Setelah pesta perkawinan selesai maka masyarakat kembali bergotong royong merapikan atau mengembalikan peralatan pesta perkawinan. Diantaranya, mencabut umbul-umbul pesta, melepas tenda-tenda tempat hidangan makan, menyusun kursi dan meja untuk dikembalikan ke pemiliknya, meruntuh kembali panggung tempat hiburan dan lain-lain. Malamnya setelah usai pesta perkawuinan biasanya setelah sholat magrib, masyarakat kembali di undang oleh keluarga mempelai untuk datang ke rumahnya dalam rangka pengucapan terima kasih atas semua bantuan masyarakat yang telah mensukseskan pesta perkawinan. Kemudian acara tersebut ditutup dengan do’a dan dilanjutkan dengan acara makan-makan yang telah disediakan keluarga mempelai pengantin.
Budaya bahadring sudah menjadi turun temurun dilakukan masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ini merupakan salah satu cerminan positif masyarakat yang suka bergotong royong dalam melaksanakan hajat anggotanya. Dan, budaya bahadring ini perlu dilestarikan hingga terus dari generasi ke generasi dalam rangka mempererat hubungan silaturrahmi per individu dalam masyarakat setempat.

5. Batumbang Anak
Salah satu tradisi pada Hari Raya baik Iedul Fitri dan Iedul Adha di desa pajukungan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) adalah batumbang anak. Acara ini biasanya digelar di Mesjid Al- Munawwarah Desa Pajukungan. Tradisi Batumbang merupakan tradisi turun temurun ratusan tahun yang lalu di desa Pajukungan ini.
Dengan batumbang diharapan anak akan cepat bisa berjalan nantinya, prosesinya pun cukup sederhana anak digendong oleh petugas mesjid kemudian dijalankan untuk meniti anak tangga mimbar khatib sambil diiringi dengan salawat kepada nabi. Setelah itu warga yang sudah berkumpul di dalam mesjid bersiap-siap untuk berebut uang receh yang sudah disediakan juga diiringi dengan salawat uang receh pun dihamburkan. acara terakhir pembacaan doa selamat oleh petugas mesjid kue yang disajikan adalah kue khas barabai yaitu kue apam.
Tidak hanya penduduk lokal saja warga dari luar kota juga mengikuti tradisi batumbang anak dengan harapan dan doa agar anak nya bisa cepat berjalan disamping dan menjadi anak yang shaleh serta berbakti kepada orang tuanya. Menurut cerita dari warga setempat mimbar ini ada sejak mesjid ini didirikan seabad yang lalu hingga sekarang mimbar ini masih terawat dan terlihat baik serta kokoh ditambah lagi mimbar yang terbuat dari kayu ulin ini dihiasi ukiran kaligrafi arab menambah ke khasan mimbar pada zaman bahari.
Adanya tradisi turun menurun ini juga dapat memperkenalkan mesjid dan syiar islam kepada anak-anak agar nantinya mereka akan menyukuri dan menikmati berkah ramadhan dan iedul fitri di masa akan datang. Mesjid al munawarah merupakan salah satu mesjid yang sering di datangi oleh warga luar kota bahkan pejabat negara selain mesjid keramat yang ada di desa palajau kecamatan pandawan. 

6. Bausung Ginggang
Dengan berbalut pakaian khas Banjar, sepasang mempelai pengantin tampak anggun dan megah berjalan beiringan keluar dari rumah. Tidak jauh dari sana rombongan penari yang berdiri di depan pintu lalu datang menghampiri. Tidak berapa lama kedua mempelai langsung dijemput sang penari. Masing-masing pengantin kemudian langsung dinaikan ke atas pundak salah satu penari. Dengan cara di usung (dipikul) kedua mempelai lalu diarak sambil diiringi tetabuhan gamelan Banjar dan sejumlah penari yang sejak tadi siap menggiring mereka. Keduanya lalu diusung berjalan menuju rumah sang mempelai pria.
Upacara penyambutan kedatangan sang mempelai pun terasa unik dengan disambut dengan kuda gipang raden perbaya lalu kedua  mempelai  juga  dimberi  pantun nasehat oleh seorang dayang. Setelah puas diarak, kedua raja sehari itu kemudian disambut keluarga mempelai pria. Kemudian kduanya lalu disandingkan di pelaminan. Itulah sekilas pelaksanaan resepsi perkawinan salah satu warga di Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Resepsi tersebut diberi nama pengantin (penganten bausung/ bausung  ginggung /baunggsung) yang jadi tradisi khusus warga Pahuluan pada resepsi pernikahan. Di beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan tradisi mengusung pengantin sudah menjadi bagian prosesi perkawinan yang masih bertahan hingga saat ini. Tradisi turun temurun tersebut terus dikembangkan masyarakat Pahuluan khususnya warga Hulu Sungai Tengah. Hampir disetiap acara pernikahan Bausung Ginggung jadi agenda utama resepsi perkawinan. Tokoh masyarakat Haruyan, Masdulhak mengatakan pelaksanaan  baungsung ini sudah menjadi tradisi yang dilaksanakan sejak lama dan tetap dilaksanakan sampai kapanpun. "Tujuannya jelas  agar  para  generasi muda lebih  mengenal  kebudayaan daerah," kata Masdulhak. Dulhak mengaku tidak tahu, sejak kapan upacara tersebut mulai dilaksanakan. Yang jelas, ini sudah menjadi tradisi dan berlangsung turun-temurun. "Bausung ginggang ini ibaratnya seperti tolak balak. Kalau tidak melakukan, biasanya pasangan pengantin akan banyak godaan dan rintangan," sebut Dulhak.
Dalam Bausung Gingang ini diakhiri dengan dipertemukan pasangan pengantin. Keduanya, diminta untuk bersalaman dan berjalan beriringan sambil didoakan oleh tokoh kampung. Semua itu, mirip dengan prosesi ijab dan kabul dalam sebuah pernikahan. "Tapi tradisi ini bukan ijab dan kabul, ini hanya upacara tradisi saja," terang Dulhak. Ditambahkan saat pelaksanaan pengungsungan beberapa orang yang menjadi penggiring mempelai biasanya ada yang kesurupan. Diterangkan Dulhak mereka dimasuki oleh roh halus yang tentunya  tidak bisa dilihat oleh orang-orang awam dan itu  terjadi hanya  pada orang-orang yang ada garis keturunan atau tutus sang pengantin.



Mandam

Atau bagi warga barabai disebut mandam. adalah bendungan yang sudah ada sejak 1934. berpotensi sebagai tempat wisata alternatif. tapi sayang tidak ada perhatian dari pemerintah HST.